Sabtu, 27 Juli 2013

12 Stase 12 Kenangan (Bagian Satu)

Waktu membaca pengumuman semester pendek yang akan menentukan apakah aku bisa masuk kepaniteraan atau tidak, rasanya perasaan campur aduk. Hanya 1,4 SKS saja yang tertinggal (yang sebelumnya membuatku mendapatkan liburan gratis selama 6 bulan). Tapi tengah malam itu, akhirnya aku boleh berlega hati. Selamat datang babak baru.


Stase Satu - Bedah & Anestesi RS Imanuel Way Halim, Bandar Lampung


Mau nangis!!!

Itu adalah hal pertama yang terlintas di kepala saat namaku tertulis di daftar stase dan "dilempar" ke Lampung. Lampung, ciiinn....pulau apa tuh? Bukannya di sana cuma ada gajah ya? Koq bisa ada rumah sakit ya? Dan kenapa mesti aku yang dikirim ke sana? dari enam puluh sekian koass baru periode itu, ada lima orang yang dikirim ke Lampung, dan 5/60 itu...kenapa mesti aku? Ralat sampai tiga kali tapi nama tetap di RS Imanuel. Ya ampun...mudah-mudahan aku nggak diseruduk gajah Lampung nanti.

 

Tapi ternyata, inilah awal stase yang menegangkan, menyebalkan, membikin stress tapiiiiiiii..... memberikan pengalaman-pengalaman manis yang sampai sekarang masih teringat di memori otakku. 

 

Ahmad Fuadi bilang, "jangan takut pergi ke negeri orang. Kita akan dapat ganti kawan di sana nanti.." dan itu benar-benar terjadi. Dua setengah bulan di Lampung aku punya keluarga dan sahabat-sahabat baru. Terutama kakak-kakak di OK dan di IGD. Mereka adalah sumber semangat nomor satu. Saat sedang down, sedang stress, mereka selalu ada. Thank you Kak Yayas, Kak Tirta, Kak Made, Mas Egi, Kak Anas, Kak Rina, Mas Mawan, Mas Lukas, Mas Made, Kak Vera.



Di stase pertama ini sering banget aku nangis, tapi setelah itu ngajak Kak Yayas, dua rekan koass ku dari bagian lain juga buat makan mie ayam, bakso, siomay, es buah dan kadang-kadang masih ditambah sekilo mangga. Bikin mas-mas yang jualan mie ayam bingung. Ini cewek empat habis kerja apaan, koq makannya porsi sekampung. Tapi ya, karena stress, walaupun sering banget berkuliner ria, tetap aja, berat badan turun ENAM KILO sepulang dari Lampung. 

 

Di stase inilah aku belajar untuk disiplin, untuk mau turun kerja ada atau tidak ada konsulen. Aku belajar menyuntik iv, dikasih kesempatan untuk melakukan beberapa tindakan yang baru sekali itu aku lakukan. Kepercayaan diri dan keberanianku benar-benar ditempa di sini, terutama di IGD. Aku tak keberatan walaupun harus menghadapi kejutekan Kak Tirta dan Mas Egi tiap hari (upss...) yang penting aku diajari, dikasih bekal buat bisa melakukan berbagai tindakan.

 

Di Kamar operasi, aku senang bisa dapat kesempatan untuk belajar jahit, dibimbing langsung oleh dokter Bedahnya. dr Dono, Sp.B. Beliau sering sekali mengajakku asistensi kalau beliau yang naik sebagai operator dan biasanya aku punya kesempatan buat belajar jahit. Terima kasih, dr Dono.

Saat waktunya pulang kembali ke Jakarta, tau-tau saja aku mendapati diriku tak ingin pulang. Koq jadi berat begini ya mau meninggalkan Lampung? Padahal kan awalnya stress berat dikirim ke Lampung. Aku bertekad, mau kembali lagi ke Lampung.



Stase Dua - Ilmu Kesehatan Jiwa RSJ Soeharto-Heerdjan, Grogol, Jakarta

 

Aku masih belum terlalu bersemangat melanjutkan stase ini. Setelah cuti  satu minggu sepulang dari Lampung, aku melanjutkan berobat di Jakarta, dan hasilnya benar-benar di luar dugaanku. Diagnosis dokter, keputusan terapi yang harus dijalani, semua masih benar-benar membuatku tak bersemangat melanjutkan masa kepaniteraanku. Tapi aku bersyukur stase ini tidak terlalu melelahkan. Aku masih bisa berkesempatan memulihkan kesehatanku dan masih bolak-balik ke rumah sakit tempat dokter penyakit dalamku praktik.

 

Aku senang belajar Psikiatri, mungkin itu satu-satunya semangatku di sini. Aku bertemu dengan pembimbing yang baik dan kebetulan bisa banyak saling berbagi. 

 

Jujur saja aku senang ada berlama-lama dengan pasien-pasien dengan masalah kejiwaan itu. Kadang, aku bisa lama sekali di bangsal Cempaka hanya untuk mendengarkan mereka bercerita tentang waham mereka, halusinasi atau apa saja. Aku seperti melihat jiwa-jiwa yang kosong. Mungkin, kalau dulu mereka punya teman berbagi, mereka tidak akan sampai seperti ini.

Ada dua pasien istimewa untukku di rumah sakit ini. Salah satunya pasien yang aku buat status riwayat penyakitnya. Ia datang ke IGD di malam ketika aku tengah bertugas jaga. Ia datang dengan marah-marah, penuh emosi dan menyalahkan semua orang. Esok harinya, aku temui ia di bangsal, ia masih sama seperti semalam. 

 

Tugasku sudah kelar membuat status, tapi buatku, pasien bukan cuma obyek. Aku ingin berteman dengannya. Aku masih mengunjunginya, mendengarkan ia bercerita tentang apa saja. Aku tak membantah, tak menyela, tak menyalahkannya. Aku hanya ingin mendengarkan, karena rasanya memang dia hanya butuh didengarkan saat-saat ini.

 

Kejutan untukku datang di hari keempat ia dirawat. Ia menyambutku di depan bangsal, tersenyum dan memelukku! wajahnya berseri dan dia menggunakan make up di wajahnya dengan sangat cantik. Aku puji kemajuannya. aku katakan, "Mbak cantik sekali hari ini..." dan senyumnya semakin sumringah.

 

Hari-hari berikutnya aku masih datang menemuinya. Ia selalu terlihat senang saat aku datang. Ia yang awalnya tak ingin bertemu ibunya, akhirnya mau menemui ibunya, bahkan dengan senang hati memperkenalkan aku kepada ibunya. Ada rasa bahagia yang menyelinap di hatiku. Ada rasa haru. 

 

Setelah tujuh hari dirawat, akhirnya ia diizinkan pulang. Aku masih menemuinya sebelum ia pulang. Aku peluk ia erat-erat dan aku cium kedua pipinya. Ia nampak begitu senang. Dalam hati aku berdoa, semoga ia tak akan pernah kembali lagi ke rumah sakit ini.

 

 

Stase Tiga- Ilmu Penyakit Kulit Kelamin RS Husada Jakarta

 

Puji Tuhan stase ketiga ini aku masih diberi minor dan masih di Jakarta, karena ternyata terapi yang harus aku jalani membuatku stress. Tidak enak betul terapi ini. Aku masih tarik ulur dengan dokter internis ku soal terapi ini. Aku belum bisa menerimanya. Apalagi ini terapi jangka panjang. Rasanya berat sekali dijalani.

 

Stase Ilmu Kulit Kelamin ini tidak begitu banyak meninggalkan kesan untukku. Tapi aku senang stase di RS Husada, Jakarta. Masuk tidak terlalu pagi, jadi aku bisa naik commuter dari Bekasi ke Mangga Besar setiap hari. Aku suka sekali naik kereta. Stase di sini juga tidak terlalu berat. Tiga hari dalam seminggu kami masuk hanya dari jam 09.00-13.00 saja. Menyenangkan bukan?

Tapi tiga hari lainnya, kami masuk jam 09.00 sampai jam 18.00 kadang malah lebih, karena selalu ada bimbingan selesai poliklinik pagi. Kalau hari Jumat, kami biasanya berdansa ria. Seru sekali. Aku suka dansa. Dari kecil, aku suka menari. Hobi bahkan. Jadi, senang aja waktu punya kesempatan bisa menari lagi.

 

Stase Empat - Ilmu Penyakit Saraf RS Mardi Waluyo Metro, Lampung

Aku baru pulang dari RS Husada malam itu ketika seorang kawan mengabariku kalau ada ralat stase. Aku yang tadinya ditempatkan di RS Bhakti Yudha, dipindah menjadi di RS Mardi Waluyo, Metro, LAMPUNG! seluruh rasa lelahku karena pulang malam langsung sirna begitu aku tahu kalau aku akan kembali ke LAMPUNG! Jujur, aku tak membayangkan soal RS Mardi Waluyo ini. Aku membayangkan aku akan bisa main ke RS Imanuel setiap akhir pekannya. Bukankah itu menyenangkan. Kembali ke Lampung memang selalu membuatku bersemangat.

 

Berangkat ke Lampung sendiri dengan penuh semangat, sudah terbayang-bayang minggu depan akan main ke Bandar Lampung, kembali ke RS Imanuel, ketemu lagi dengan kakak-kakakku yang sudah aku rindukan teramat. 

 

Seetelah dijalani, stase di RSMW ini benar-benar menyenangkan. Aku tiba-tiba merasa begitu betah ada di Kota Metro. Aku senang kotanya yang tidak terlalu ramai, aku senang rumah sakitnya, aku senang dokter-dokternya, aku senang perawat-perawatnya dan yang paling utama....aku senang IGD nya....!!!

 

 

Ini stase paling berkesan dibandingkan staseku yang sebelumnya. Aku begitu bahagia. Apalagi saat bertugas di IGD. Semua perawatnya baik, hmm....agak berat hati juga sebenarnya mau bilang mereka baik. Lebih cocoknya sih mereka gila! Tapi justru itu yang membuat IGD menjadi tempat pelarianku. Rasanya tak ada hari aku lewatkan tanpa aku main atau sekedar bercanda di IGD. 

 

Kebetulan kawan-kawan satu stase ku juga orang-orang yang menyenangkan. Mereka iseng, senang sekali menggodaku. Kadang aku visit sambil menunduk terus, karena mereka selalu menggodaku dengan beberapa perawat di sana. Aku sampai seringkali mati gaya. Apalagi kalau sudah ke IGD, aku sih terpaksa diam saja deh. Kalah kalau harus satu lawan tiga. Aku yang awalnya berkawan dengan santai di IGD jadi terpaksa agak jaga jarak, karena mereka terlau sering menggodaku. Nyerah deh sama teman-temanku ini. Hobi banget menjodoh-jodohkan orang lain, padahal sendirinya belum punya jodoh. Hehehe.

 

Dan setelah begitu banyak kejadian manis di RS ini, saat waktunya pulang, aku sampai menitikkan air mata. Aku berat sekali rasanya mau meninggalkan Poli Saraf. Tak ingin kembali ke Jakarta. Aku masih begitu ingin ada di Metro.

 

Sekali lagi, Lampung meninggalkan kesan yang begitu mendalam untukku...

 

....................bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar