Minggu, 04 Agustus 2013

Obstetri dan Gynekologi, Bandung dan Tiga Sahabat

dear: Tuty, Ainaa dan Iena
 
Masih ingatkah malam saat kita baca pengumuman stase keluar? Aku yang terakhir tahu. Kita berempat akan melalui hari-hari di Bandung bersama. Ya. Bandung. 
 
Mulai malam itu juga kita disibukkan dengan persoalan baru selain tentang ujian interna kita yang masih menanti. Kita sibuk mencari kamar di wisma rumah sakit. untungnya tak begitu sulit mendapatkannya. Kita akan tinggal dalam satu kamar. Ya. Berempat dalam satu kamar. aku agak sulit membayangkannya. Aku jarang bisa berbagi kamar. Harapanku, semoga kita bisa melalui sepuluh minggu ini dengan sebaik-baiknya.
 
 
Sebelum kita tiba di bandung, kita berempat sudah banyak mendengar tentang hal-hal apa saja yang ada di rumah sakit tempat kita akan menjalani kepaniteraan klinik bagian obstetri ginekologi ini. Ada yang membuat kita jadi lebih semangat tapi ada juga yang membuat kita resah. Tapi kita sudah sepakat, semua akan kita lewati sama-sama. ya. sama-sama.
 
Hari-hari di bandung tak seperti yang kita bayangkan. Tidak ada sama sekali waktu untuk bersantai. aku merasa kita jaga malam setiap hari. Ya. Setiap hari. Belum lagi berbagai hal lainnya yang membuat air mata harus jatuh bercucuran di stase kali ini. Mulai dari kita yang masih belum paham mengenai "apa maunya konsulen ini" lalu kita yang mencoba beradaptasi dengan berbagai pribadi di rumah sakit. Kita yang lalu terjerembab dalam lingkaran yang sungguh sama membingungkannya. 
 
Tidak semua berjalan mulus di Bandung. Sedih, tangis, marah pernah sama-sama kita rasakan. Pernah jadi bagian yang sekarang jadi kenangan buat kita berempat. Tapi aku pernah bilang kan, suatu hari justru stase yang "wah" seperti ini yang akan selalu terkenang di masa-masa kita sudah sama-sama lulus nanti. 
 
 
Di stase ini banyak hal yang membuatku cukup merasa berat menjalaninya. soal lelahnya. soal tugasnya. soal hal-hal lain. dan di stase kali ini pertama kalinya aku merasakan "opname". duh, kalian pasti tahu malam itu aku kesakitan. tapi lalu kita sama-sama terbengong-bengong melihat obat-obatan itu. lucu ya. aku masih ingat betul. masih kecewa. tapi ya sudahlah. aku tak bisa bilang banyak. cuma bisa menyabarkan diri, orang yang belum pernah merasakan chest pain tidak akan pernah tahu seperti apa rasanya jadi aku. sudah, itu saja. 
 
aku sangat berterima kasih buat setiap harinya selama aku harus "pindah kamar" sementara. terima kasih sudah menyelundupkan makanan, terima kasih sudah menyelundupkan obat juga dan terima kasih pengertiannya untuk menggantikan jaga selama aku sakit. kalian benar-benar "adik-adik" yang manis (macacih...ciyuss...miapahh..)

di stase ini aku paling banyak pakai ketorolac. menurut catatanku, tak kurang dari tiga puluh dua ampul ketorolac. tanganku sampai biru-biru semua. belum lagi sulit menemukan vena untuk bisa suntik iv. aku ingat, kalian tak pernah mau disuruh untuk suntik iv buatku. 
 
di penghujung cerita di bandung pun kita masih tersandung masalah ujian. rencana jalan-jalan kita berantakan karena ujianku yang tertunda. tapi aku cukup bersyukur bahwa tak ada satu orangpun yang menyalahkan kita berempat (dan terutama aku). aku merasa cukup lega dengan hal itu.
 
hari-hari terakhir di rumah sakit tiba-tiba jadi membiru. terkenang nanti kita nggak bisa lagi makan indomie sama-sama, tak lagi ada pecel ayam yang enak itu, belum lagi soal KFC kegemaranku. tiba-tiba saja waktu yang tadinya terasa lambat berjalan kini malah sudah hampir sampai batasnya. 
 
tapi aku tetap sangat bersyukur kita berempat akhirnya menyelesaikan sampai di garis finish. dengan segala air mata, tawa dan serangkaian masalah, akhirnya kita berhasil "lolos" dari bandung juga kan?
 
terima kasih untuk sepuluh minggu yang ajaib. segala lucu-lucunya kita di kamar kalau sudah badmood, atau segala bercanda kita yang kadang keterlaluan, tapi toh akhirnya kita tertawa juga. 
 
cuma bisa bilang, sepuluh minggu ini menjadi salah satu yang termanis dan yang terbaik...
 
 
Bekasi, 22 September 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar