dear: Tuty, Ainaa dan Iena
Masih ingatkah malam saat kita baca pengumuman stase keluar? Aku yang
terakhir tahu. Kita berempat akan melalui hari-hari di Bandung bersama. Ya. Bandung.
Mulai malam itu juga kita disibukkan dengan persoalan baru selain
tentang ujian interna kita yang masih menanti. Kita sibuk mencari kamar
di wisma rumah sakit. untungnya tak begitu sulit mendapatkannya. Kita
akan tinggal dalam satu kamar. Ya. Berempat dalam satu kamar. aku agak
sulit membayangkannya. Aku jarang bisa berbagi kamar. Harapanku, semoga
kita bisa melalui sepuluh minggu ini dengan sebaik-baiknya.
Sebelum kita tiba di bandung, kita berempat sudah banyak mendengar
tentang hal-hal apa saja yang ada di rumah sakit tempat kita akan
menjalani kepaniteraan klinik bagian obstetri ginekologi ini. Ada yang
membuat kita jadi lebih semangat tapi ada juga yang membuat kita resah. Tapi kita sudah sepakat, semua akan kita lewati sama-sama. ya.
sama-sama.
Hari-hari di bandung tak seperti yang kita bayangkan. Tidak ada sama
sekali waktu untuk bersantai. aku merasa kita jaga malam setiap hari. Ya. Setiap hari. Belum lagi berbagai hal lainnya yang membuat air mata
harus jatuh bercucuran di stase kali ini. Mulai dari kita yang masih
belum paham mengenai "apa maunya konsulen ini" lalu kita yang mencoba
beradaptasi dengan berbagai pribadi di rumah sakit. Kita yang lalu
terjerembab dalam lingkaran yang sungguh sama membingungkannya.
Tidak semua berjalan mulus di Bandung. Sedih, tangis, marah pernah
sama-sama kita rasakan. Pernah jadi bagian yang sekarang jadi kenangan
buat kita berempat. Tapi aku pernah bilang kan, suatu hari justru stase
yang "wah" seperti ini yang akan selalu terkenang di masa-masa kita
sudah sama-sama lulus nanti.
Di stase ini banyak hal yang membuatku cukup merasa berat menjalaninya.
soal lelahnya. soal tugasnya. soal hal-hal lain. dan di stase kali ini
pertama kalinya aku merasakan "opname". duh, kalian pasti tahu malam itu
aku kesakitan. tapi lalu kita sama-sama terbengong-bengong melihat
obat-obatan itu. lucu ya. aku masih ingat betul. masih kecewa. tapi ya
sudahlah. aku tak bisa bilang banyak. cuma bisa menyabarkan diri, orang
yang belum pernah merasakan chest pain tidak akan pernah tahu seperti apa rasanya jadi aku. sudah, itu saja.
aku sangat berterima kasih buat setiap harinya selama aku harus "pindah
kamar" sementara. terima kasih sudah menyelundupkan makanan, terima
kasih sudah menyelundupkan obat juga dan terima kasih pengertiannya
untuk menggantikan jaga selama aku sakit. kalian benar-benar "adik-adik" yang manis (macacih...ciyuss...miapahh..)
di stase ini aku paling banyak pakai ketorolac. menurut catatanku, tak
kurang dari tiga puluh dua ampul ketorolac. tanganku sampai biru-biru
semua. belum lagi sulit menemukan vena untuk bisa suntik iv. aku ingat,
kalian tak pernah mau disuruh untuk suntik iv buatku.
di penghujung cerita di bandung pun kita masih tersandung masalah ujian.
rencana jalan-jalan kita berantakan karena ujianku yang tertunda. tapi
aku cukup bersyukur bahwa tak ada satu orangpun yang menyalahkan kita
berempat (dan terutama aku). aku merasa cukup lega dengan hal itu.
hari-hari terakhir di rumah sakit tiba-tiba jadi membiru. terkenang
nanti kita nggak bisa lagi makan indomie sama-sama, tak lagi ada pecel
ayam yang enak itu, belum lagi soal KFC kegemaranku. tiba-tiba saja
waktu yang tadinya terasa lambat berjalan kini malah sudah hampir sampai
batasnya.
tapi aku tetap sangat bersyukur kita berempat akhirnya menyelesaikan
sampai di garis finish. dengan segala air mata, tawa dan serangkaian
masalah, akhirnya kita berhasil "lolos" dari bandung juga kan?
terima kasih untuk sepuluh minggu yang ajaib. segala lucu-lucunya kita di kamar kalau sudah badmood, atau segala bercanda kita yang kadang keterlaluan, tapi toh akhirnya kita tertawa juga.
cuma bisa bilang, sepuluh minggu ini menjadi salah satu yang termanis dan yang terbaik...
Bekasi, 22 September 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar