Rabu, 05 Februari 2014

Event 30HariMenulisSuratCinta: Day 5 "Untuk Neptunus, Perihal Percakapan Tengah Malam""

Itu nama samaranmu, di buku harianku. Kau tahu, kan, seringkali kita (ehmm..maksudnya aku) menulis buku harian dan supaya tak banyak yang tahu untuk siapa tulisan itu ditujukan, aku menulis nama-nama orang di dalamnya dengan nama samaran. Aku tak ingat betul kenapa aku memilih nama Neptunus untuk menyamarkan namamu.


Aku pernah memberi nama "Dewa" kepada seseorang yang pernah sangat aku kasihi, aku pernah menamakan "Matahari", "Awan", "Rama" dan "Bintang". Aku suka nama-nama itu. Aku menyukai nama-nama sansekerta. Aku berharap bisa menamai anak perempuanku nanti dengan Dinaya, atau kalau laki-laki akan kuberi nama Bimasena, atau Ayodia atau Mahesa. Ya, pokoknya yang terdengar agak Sansekerta. Kembali ke topik awal. Aku memberimu nama "Neptunus" mungkin terpengaruh dengan novel Perahu Kertas yang beberapa waktu lalu aku baca. 


Neptunus-ku.....

Aku tahu tidak mudah untuk kita melewati begitu banyak hari dengan jarak yang membentang. Ini sulit. Bagiku dan juga bagimu. Tapi harus aku katakan sejujurnya, aku adalah seorang yang pembosan. Tapi denganmu, aku tak pernah bosan bercerita, bermanja-manja. Aku suka menunggumu pulang kerja, mendengar barang satu dua cerita tentang keseharianmu. Aku kelak mungkin nantinya akan sangat menyukai percakapan menjelang tidur kita, ya, suatu waktu nanti, kala kita sudah bisa bersama. Aku akan menceritakan keseharianku dan kau dengan keseharianmu. Aku suka momen-momen bercerita denganmu menjelang tidur. Atau, mungkinkah hal itu yang membuatku tak bosan denganmu? Karena memang kesibukan kita hanya menyisakan sepenggal malam untuk kita saling mengisi?


Neptunusku............

Momen bercerita denganmu di ujung malam selalu membuatku jadi lebih baik. Aku sendiri tidak tahu kenapa. Aku setingkat lebih bahagia di akhir percakapan kita dan siap terlelap dengan lebih nyenyak. Aku suka dengar kau tertawa, aku suka dengar kegilaanmu atau sekedar gombalan tengah malam. Aku suka. Bukankah penggalan cerita tiap malam itu yang akhirnya mendekatkan kita? Aku tak pernah ingin kehilangan itu semua, Neptunusku. Aku selalu bersedia menunggumu pulang tiap malam, jam berapapun itu hanya untuk mendengar satu menit saja ceritamu, atau sekedar mendengar kau mengucapkan "met bobo adek.." cuma itu. Simpel kan?


Neptunusku, maukah selalu menyediakan satu menit menjelang tidurmu untuk sekedar meneleponku yang tak pernah tidak menunggumu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar