Kamis, 06 Februari 2014

#30HariMenulisSuratCinta: Day 6: Kakak Perempuanku Tersayang...



My Sista...

 

 

Mimpi apa aku semalam, bisa jaga IGD dengan perawat perempuan paling jutek, judes, gak ada enak-enaknya deh dipandang. Saya kasih seratus ribu kalau ada koass yang bisa bikin perawat terjutek se-Lampung itu tersenyum!!

 

Namanya, Tirta Amerta Sari....aduh...kemayu betul kan nama itu, tapi sumpah demi soto di belakang Rumah Sakit Imanuel yang enak itu, orangnya gak ada kemayu-kemayunya. Tomboynya nomor satu. Dia lebih jago kungfu kayaknya daripada dandan. Ayo taruhan? 

 

Tapi saya sayang kakak.....*pake wajah manis sambil kedip-kedip*

 

Kakakku sayang,

Aku masih ingat koq bagaimana penampilanku waktu pertama kali memulai kepaniteraan. Kucel. Kumel. Nggak pernah memoles make-up di wajahku. Aku masa bodo. Aku cuek aja. Peduli apa soal make up, yang penting isi otak. Yang penting, kalau ditanya konsulen "Ada berapa jenis derajat luka bakar" aku bisa jawab. Itu yang penting.


 

Tapi katamu, perempuan itu perlu terlihat cantik. Kenapa kita membiarkan diri kita kucel kalau sebenarnya kita bisa nampak cantik? Biar orang lihat kalau kita nih cantik, kita bisa kayak artis di tivi-tivi itu dan lebihnya, sudah cantik, dokter lagi. 

 

Awalnya aku masih ragu, tapi akhirnya aku coba juga. Mengusapkan pelembab di pipi, memoleskan bedak, menggaris alis dan memoles lipstik tipis-tipis. Apa kakak tahu, hari itu sedikitnya empat orang perawat di bangsal menggodaku, "Cieee...morin cantik loh hari ini. Koq tumben dandan.." aku GR sih...sedikit. Hehehe.


 

Sejak saat itu, aku mencoba dandan. Aku mulai memperhatikan kemejaku, memperhatikan rok-ku, semua rok dibawah lutut aku pangkas. Sexy sedikit boleh dong? Biar orang melirik, toh aku masih sendiri. Dan aku menikmati periode itik buruk rupa menjadi angsa putih. Aku menikmatinya. 

 

Aku tak tahu hal apa sebenarnya yang membuat kita awalnya dekat. Soal bolus iv pertama kali? Atau soal aku pernah ingin kau jodohkan dengan seorang kawanmu? Sebenarnya ia keren sih, tapi dulu kan aku itik buruk rupa, jadi mungkin dia tak tertarik. Kalau sekarang...dia nyesal nggak ya? Hehehehe.

 

Terima kasih pernah mengajariku suntik iv untuk pertama kalinya. Secara teori, semua sudah diluar kepala, tapi begitu harus praktik, rasanya gemetaran. Tapi toh aku bisa juga, walaupun masih grogi. Itu jadi pelajaran buatku, ke depannya, aku lebih percaya diri. Di beberapa rumah sakit bahkan aku jadi seniornya, mensupervisi teman-teman untuk belajar suntik iv. Aku hanya mengerjakan yang sulit-sulit. Kalau yang mudah, semua sudah kuberikan pada teman lain. 

 

Beberapa hari yanglalu, aku dapat pasien intoksikasi organofosfat di IGD. Apa aku panik? Nggak sama sekali. Aku sudah tau apa saja yang harus aku kerjakan. Pasang infus, bilas lambung, Sulfas Atrofin dan Pantoprazole. Semua siap dikerjakan. Aku tinggak memberikan instruksi. Tahukah kakak darimana aku belajar itu pertama kali? Di RS Imanuel. Ketika aku harus rela pulang lebih telat karena ada pasien intoksikasi sabun cair. Aku yang bermandi muntahannya, aku yang pasang infusnya. Aku yang ada di sana. Sekali lagi juga di RS Mardi Waluyo. Seorang pasien intoksikasi obat penenang. Aku yang pegangi botol bilas lambungnya. Malu karena berjas putih tapi pegang-pegang botol? Sama sekali nggak. Aku kerjakan seluruhnya dengan senang hati. Dan ketika akulah yang harus menjadi penangung jawab, aku tak lagi canggung. Aku memberikan instruksi tanpa ragu. 


Aku tidak tahu kenapa aku begitu mencintai IGD. Mungkin karena aku tipe orang yang senang kerja dengan ritme yang cepat. Atau mungkin juga karena aku menikmati melakukan tindakan ketimbang harus belajar teori di RS. Dan biasanya, harus kepada perawat yang jutek itulah aku belajar. Nggak tahu kenapa. Di beberapa rumah sakit selalu begitu. Teman-temanku pernah tanya, "Kenapa sih kamu dekatnya selalu sama perawat yang paling jutek?" Aku bilang, "Mungkin karena aku harus tebal muka kalau mau dikasih tindakan atau juga mungkin mereka tahu, aku nggak cuma jual muka, nggak cuma absen di IGD. Aku mau belajar. Aku harus bisa melakukan apa yang mereka bisa. Aku nggak mau cuma bisa kasih perintah. Aku harus terampil juga mengerjakannya."


Kata Mbok Prapti di RS Imanuel, "Jangan pernah menyerah. Sesulit apapun, jangan pernah menyerah." dan jadilah aku yang "disetrap" harus berhasil pasang infus di tangan perempuan yang venanya nggak kelihatan. Tapi harus bisa. Harus sampai dapat, kalau nggak, aku nggak pulang.


Sekarang, ketika bertugas di IGD, aku sudah terbiasa dengan ritme kerjanya, aku sudah terbiasa untuk memberikan instruksi sesuai dengan apa yang harus dikerjakan. Bagianku kini memang sudah lebih banyak hanya memberikan instruksi, tapi kadang, aku rindu masa-masa bisa melakukan tindakan. Aku suka aktif bekerja daripada diam saja. Kalau kata dokter jaga di RS Mardi Waluyo, "Morin ini kayak nggak ada capeknya ya..jaga melulu..." tapi bonusnya, aku boleh hecting...seru kan..


Kalau kata perawat-perawat IGD, "Morin ini kayak setrikaan loh, mondar-mandir melulu. Duduk sini sih.." tapi aku nggak mau duduk kalau masih ada perawat yang bikin tindakan. Aku nggak mau ketinggalan satu tindakanpun.


Mama Lakeswara yang cantik dan baik hati...

Pengalaman koass pertama adalah bagaimana kita dibentuk untuk stase-stase berikutnya. Aku bangga jadi alumni koass RS Imanuel. Aku belajar melakukan seluruh tindakan dengan steril, belajar untuk bisa bekerja cepat, tepat dan bertanggung jawab. AKu ditempa, walaupun menyakitkan, tapi akhirnya aku kuat, akhirnya aku percaya diri. Di RS-RS berikutnya, aku tinggal melatih lagi. Mengasah keterampilanku untuk makin baik. Oh ya, kalau soal hecting, dr Dono, Sp. B yang paling berjasa. Sampaikan salamku untuk dr Dono, ya kak Tirta sayang.. Katakan padanya, aku sekarang sudah terampil hecting. Luka separah apapun, jahitanku tetap rapi. Ia yang dulu memegangi tanganku ketika pertama kali aku hecting karena aku grogi. Ia yang dulu menyuruhku latihan di bantal dan betul-betul aku lakukan. Sekarang aku bisa jahit cepat. Sampaikan padanya segala terima kasihku yang terdalam, karena selalu membelaku, karena selalu ada di pihakku, karena selalu mau jadi teman curhatku juga. Aku kangen loh jaga di polinya. Ia baik. Dulu, aku dijuluki "koass kesayangan dr Dono.." tapi dengan nada sinis dari teman-temanku. Karena dr Dono cuma mau aku yang asistensi beliau kalau beliau yang operasi. Ia selalu mau aku yang melakukan tindakan di IGD. 


Kak Tirta tersayang.....

Orang bilang, koass itu cuma ingat sama perawat pas butuhnya saja. Aku tidak. Aku masih selalu mengingat perawat-perawat yang berjasa padaku. Yang mau mengajari dengan sabar. Aku selalu menghormati mereka sekalipun sekarang aku sudah lulus. Bagiku tak ada beda. Aku masih adik kecil mereka yang manja tapi begitu berhadapan dengan pasien, seriusnya nggak bisa diusik. 


Kemarin, saat aku jaga, ada lima orang yang masuk ke ruanganku dan mengatakan, "Dokternya masih muda banget, cantik lagi..." dan aku cuma tersipu malu. Coba kalau mereka tahu kayak apa kucelnya dokternya dulu ya? Hehehe...


terima kasih selalu menjadi kakak perempuanku yang paling baik...Semua anak perempuan rasanya memang butuh sosok perempuan lain yang dianggapnya kakak. Kebetulan aku menemukannya dalam dirimu. Aku berterima kasih..


Sehat ya mommy Lakes dan bayi kecilnya... Aku nggak sabar peluk kalian bertiga...


Bekasi, 6 Februari 2014

*keliatan gak metamorfosis itik buruk rupa jadi angsa nya??. Hehehe*




Tidak ada komentar:

Posting Komentar